سماجی

6/recent/ticker-posts

Geliat Literasi di Blitar Berbasis Komunitas


Geliat literasi di Blitar, baik kota maupun kabupaten, sepertinya sedang bergelora. Khususnya jika dilihat dari gerakan berbasis komunitas. Ada banyak komunitas yang terbentuk dan bergerak dalam bidang literasi, khususnya dalam aspek membaca dan menulis.

Ya, meskipun literasi bisa lebih luas dari itu. Namun untuk lebih mudahnya mengidentifikasi, kita kerucutkan saja dalam dua hal itu : membaca dan menulis.

Lantas apa saja komunitasnya? Tulisan ini akan mengklasifikasikan dalam 3 hal, yaitu komunitas yang bergerak dalam memasyarakatkan buku bacaan, diskusi-diskusi, dan kepenulisan.

1. Gerakan membaca


Gegap gempita lapak baca sepertinya cukup tinggi di Blitar. Ruang-ruang publik banyak diisi oleh para pelapak baca.

Mereka punya misi untuk mendekatkan buku bacaan kepada masyarakat. Umumnya mempersilahkan untuk baca di tempat, atau meminjamnya.

Titik-titik yang biasa disinggahi adalah Alun-alun kota Blitar, Taman Kebonrojo, Kantor Kabupaten (Kankab) Blitar, City Walk Makam Bung Karno, Taman Idaman Hati Wlingi, dan sudut-sudut keramaian lain di tiap kecamatan.

Ada banyak lapak baca, jumlahnya bisa belasan. Bahkan ada Aliansi Perpustakaan Jalanan. Beberapa yang cukup terkenal adalah Ruang Baca Blitar.

Selain itu, lapak baca biasanya juga dimeriahkan oleh Taman Baca Masyarakat (TBM). Sederet taman baca yang biasa melapak antara lain, Taman Baca Ilalang, Kedai Ilmu Harmoni, Perpustakaan Pijar, dan Rumah Mangseen.

2. Diskusi buku



Beberapa forum juga dibentuk untuk diskusi buku. Sebagian mendatangkan penulisnya langsung.

Salah satu yang cukup eksis adalah Missjune Cultural Center, yang kerap mengadakan diskusi dan bedah buku di kafe miliknya, Missjune Cafe and friends.

Sementara diskusi buku-buku Bung Karno, atau tentang sejarah nasional banyak dilakukan oleh Komunitas Muara Baca, bertempat di Ruang koleksi khusus Perpustakaan Bung Karno.

Diskusi biasanya mengupas buku atau tulisan karya Bung Karno, yang diisi oleh Pustakawan Perpus Bung Karno atau dari pegiat Komunitas Muara Baca.

Sementara diskusi terkait budaya, atau lokalitas Blitar sering dilakukan oleh Dewan Kesenian Kabupaten Blitar. Mereka memiliki agenda bernama Obrolan Malam Jemuah, yang digelar tiap malam Jumat sebulan sekali.

3. Kepenulisan



Membahas literasi tanpa menulis, tentu tidak komplit. Kegiatan menulis di Blitar juga cukup ramai, salah satu yang eksis adalah Forum Lingkar Pena (FLP) Blitar.

Komunitas ini berdiri sejak 2008 dan telah menerbitkan 3 buku bersama serta belasan karya individu dari anggotanya. Komunitas ini juga memiliki website yang bisa diakses di www.flpblitar.com

Selain FLP, kegiatan menulis di kampus juga terwadahi lewat Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) serta Ekstrakurikuler Jurnalistik di sekolah-sekolah.

Perpustakaan Bung Karno dan Perpustakaan Daerah Kota Blitar pun sesekali juga menggelar pelatihan menulis yang mendatangkan penulis nasional.

Setidaknya, begitulah kemeriahan gerakan literasi di Blitar. Mulai dari semarak membuka lapak bacaan, diskusi untuk mengasah nalar, hingga berkarya dalam tulisan.

Semua itu digerakkan lewat komunitas secara swadaya. Kesadaran tentang pentingnya membaca dan menulis mulai tumbuh di masyarakat, dan semoga semakin meningkat.

Post a Comment

0 Comments