Ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan non akademik yang dimiliki sekolah, bertujuan untuk mewadahi hobi dan meningkatkan skill siswa, serta melatih jiwa berorganisasi. Dalam berorganisasi, selain belajar bekerjasama, juga menempa jiwa kepemimpinan.
Maka tak jarang kita temui, siswa yang kemampuan akademiknya biasa saja di kelas, namun memiliki kemampuan lebih di ekstrakurikuler. Misalnya yang berkaitan dengan olahraga.
Artinya, ekstrakurikuler memiliki peran yang tak kalah penting jika dibanding kegiatan belajar mengajar di kelas.
Sebab lewat ekstrakurikuler juga lah, kadang siswa menemukan nilai dan konsep dirinya, pada bidang keahlian yang mereka kuasahi, yang tak terwadahi ketika di ruang kelas.
Itu membuatnya lebih percaya diri dan optimis, sebab ia punya ruang untuk berkembang, sesuai dengan hobi dan passionnya.
Salah satu ekstrakurikuler yang sebenarnya sangat penting adalah Jurnalistik. Kenapa?
Tinjauan historis
Kemampuan jurnalistik seolah menjadi kemampuan dasar yang dimiliki hampir seluruh tokoh pergerakan di era revolusi.
Sebut saja Bung Karno, Bung Hatta, Sjahrir, Agus Salim, Moh Yamin, Buya Hamka sampai generasi sebelumnya seperti H.O.S Tjokroaminoto, Cipto Mangunkusumo, dan lain sebagainya, memiliki kemampuan Jurnalistik.
Salah satu keahlian mereka yang mencolok adalah, bisa menulis. Bahkan melahirkan karya tulis yang fenomenal.
H.O.S Tjokroaminoto pun menyampaikah sebuah kuote yang terkenal : Berpikirlah seperti filsuf, berpidatolah seperti orator, dan menulislah seperti wartawan.
Tokoh-tokoh bangsa itu sebagian juga terlibat dalam penerbitan surat kabar. Bung Karno misalnya pernah memimpin media Pikiran Rakyat, begitupun Bung Hatta, Sjahrir hingga Buya Hamka.
Kemampuan Jurnalistik
Dalam kegiatan jurnalistik, selain diajarkan menulis (terutama media cetak atau media daring), kemampuan yang diasah adalah berpikir kritis, analitis, dan detail.
Sebab ada proses mencari/menggali, mengolah, dan menyampaikan berita, sebagaimana definisi Jurnalistik yang selama ini kita pahami.
Dalam proses mencari/menggali itu mereka akan belajar untuk berpikir kritis, khususnya ketika memetakan pertanyaan. Juga belajar untuk lebih cakap dan luwes bergaul dengan banyak orang.
Sementara ketika mengolah, mereka akan belajar berpikir analitis dan sistematis, bagaimana menyajikan informasi agar mudah dipahami orang lain.
Dalam menyajikan informasi memang tidak hanya lewat tulisan, bisa lewat infografis atau audio visual. Namun kemampuan menulis tetap menjadi dasar, sebab dengan menulislah seseorang akan belajar berpikir runtut atau sistematis.
Setelah proses mencari dan mengolah selesai, lalu diinformasikan ke publik.
Saat ini sekolah memiliki banyak alternatif media yang bisa dikembangkan. Berikut media yang bisa dikembangkan di sekolah untuk mewadahi hasil kerja Jurnalistik siswa-sisiwinya :
1. Majalah
Majalah sekolah masih sangat penting dan ikonik. Minimal bisa diterbitkan setiap tahun sekali, atau setiap semester. Tergantung dana yang dimiliki sekolah.
Majalah sekolah bisa memuat karya jurnalistik yang tak lekang oleh zaman. Misalnya dalam bentuk features. Berita yang disajikan pun adalah berita kegiatan tahunan, atau liputan khusus. Misalnya meliput suatu keunikan di sekolah itu atau di daerah kota/kabupaten.
Bisa juga menampung opini siswa dan guru, atau karya siswa seperti cerpen dan puisi. Mereka yang menyumbang tulisan ke majalah tidak harus anggota jurnalistik.
Rubrik lainnya seperti profil guru, siswa, penjaga sekolah, ketua osis, dan sebagainya.
2. Mading
Mading atau majalah dinding adalah media yang efektif di sekolah. Bahkan bisa memberikan kesan positif untuk sekolah tersebut. Apalagi jika jumlahnya banyak, berada di sudut-sudut yang strategis.
Mading bisa diisi artikel informasi untuk siswa, bisa juga menempel puisi, karya karikatur, hingga infografis.
Berita juga bisa ditempelkan. Ada istilah koran tempel. Jadi semacam buletin (satu atau dua lembar) dan ditempel di mading.
3. Radio sekolah dan Podcast
Radio sekolah juga bisa dikembangkan. Tidak harus dengan frekuensi besar seperti radio FM. Cukup radio internal sekolah, yang dipancarkan lewat pengeras suara di masing-masing kelas.
Di era digital ini, bisa juga membuat Podcast. Anggota jurnalistik faq radio/broadcasting bisa menjadikan podcast untuk siaran. Terutama talkshow bersama narasumber.
Narasumber bisa dari gurunya sendiri atau mengundang narasumber dari luar. Ada banyak platform yang bisa digunakan untuk Podcast seperti Soundcloud atau Sportify.
4. Televisi sekolah
Jika sekolah memiliki televisi, meski baru skala lokal, tentu bisa jadi media efektif untuk siswa beraktualisasi. Biasanya SMK yang memiliki jurusan broadcasting.
Namun jika tidak punya, bisa memanfaatkan sosial media, seperti YouTube, Instagram, atau Video.com.
Agar berjalan efektif, sekolah perlu juga memenuhi fasilitasnya. Seperti kamera dan tripod.
Siswa bisa berekspresi dan belajar membuat liputan, termasuk menjadi presenter layaknya jurnalis televisi.
Media-media di atas bisa dimaksimalkan untuk meningkatkan kompetensi siswa. Sebab kompetensi akan terasah jika mereka memiliki pengalaman alias praktek di lapangan. Tidak cukup dengan pelatihan-pelatihan.
Mendukung kegiatan akademik
Selain itu, ekstrakurikuler Jurnalistik juga sangat mendukung akademik. Terutama ketika kelak mereka menjadi mahasiswa.
Keberanian dan kemampuan bertanya, rajin dan teliti dalam mengulas/mengolah sesuatu, Pikirannya kritis, analitis nan sistematis, membuatnya bisa mengembangkan potensi dirinya.
Tidak saja dalam menyerap pengetahuan yang didapat, namun bisa menariknya menjadi suatu analisis yang menarik.
Maka sudah saatnya ekstrakurikuler Jurnalistik mendapatkan porsi lebih besar di sekolah, sebab manfaatnya yang begitu banyak bagi siswa, juga bagi sekolah tentu saja.
Anggota jurnalistik bisa juga diajak mengelola website sekolah, untuk penyediaan informasi kegiatan, berita, atau artikel yang terkait dengan sekolah.
Memasuki tahun ajaran baru ini, tentu momentum yang baik untuk memperkenalkan ekstrakurikuler kepada siswa baru. Termasuk Jurnalistik. Siswa yang belum memiliki gambaran akan ikut ekstrakurikuler, mungkin akan punya gambaran setelah membaca tulisan ini.
Salam Jurnalistik.
0 Comments
Komentar di sini