سماجی

6/recent/ticker-posts

Alasan untuk Tak Sempat Membaca Buku



Tiga bulan selepas pameran buku di Aula Skodam Malang, saya menagih seorang teman untuk bercerita perihal buku yang dia beli. Kebiasaan ini kami lakukan untuk sharing isi buku.

Ternyata dia belum membacanya. Bahkan pembungkus (press) plastiknya saja belum dibuka.

Uniknya, saya pun juga sama. Bedanya buku sudah sempat saya buka-buka halamannya, namun belum serius dibaca.

Buku-buku biografi, yang saya beli lebih dari setahun silam juga ada yang belum dibaca, ada juga yang plastiknya belum dibuka. Sebagian saya hadiahkan ke teman.

Barangkali, selera baca sekarang memang beda. Saya bersyukur sebab masih sempat membaca buku, sebelum gawai canggih menyerang keseharian kita.

Anak-anak sekarang mungkin tak lagi membaca buku, juga gurunya. Buku materi dan LKS sudah banyak diformat dalam bentuk digital.

Sekolah-sekolah mulai menerapkan ujian via gawai. Tugas-tugas, monitoring, juga banyak terjadi di WAG.

Jika ingin mengakses informasi cukup ketik subyek atau kata kuncinya, sejurus kemudian mesin algoritma google akan memunculkan hasil spesifik.

Lalu untuk apalagi buku? Sebab materi yang disajikan di wikipedia, jurnal online, atau situs website sebagian juga bersumber dari buku. Tinggal pandai-pandai memilah portal online yang kredibel.

Dari semua jenis buku, sepertinya novel masih cukup bisa bertahan.

Sebab orang bisa cepat membaca cerpen lewat internet, misalnya lewat website lakonhidup.com

Baca esai pun juga hanya butuh beberapa menit. Apalagi puisi. Namun novel? butuh cukup waktu.

Itulah kenapa, novel masih akan bertahan, meskipun koran, majalah dan buku materi sekolah sudah tumbang satu per satu, digerus oleh teknologi informasi.

Dibanding membukukan, saya pribadi justru lebih asyik mengembangkan portal online, untuk menampung esai-esai saya. Sesekali juga mengirimnya ke portal online lainnya.

Namun ada juga keinginan untuk membukukannya suatu kelak. Memilahnya ke dalam tema yang berkaitan. 

Sebab buku itu monumental. Kata Stephan King, buku bisa dinikmati berjam-jam tanpa perlu baterai dan listrik, juga kuota (pen). []

Blitar, 3 Februari 2020
Ahmad Fahrizal Aziz
www.muara-baca.or.id

Post a Comment

0 Comments