سماجی

6/recent/ticker-posts

Tergoda Makanan yang Digoreng

Photo was taken from Wikipedia
_______

Rabu, 19 Februari 2020

Kenapa pisang harus digoreng?

Pertanyaan itu pernah hinggap dalam benak saya. Lantas saya tanyakan pada penjual pisang goreng dekat kontrakan sewaktu masih tinggal di Malang.

Jawabnya : lebih laris, lebih untung banyak.

Jadi, banyak yang lebih suka pisang goreng dibanding pisang semasa menjadi buah segar?

Padahal lebih sehat pisang sebelum digoreng. Meskipun mungkin lebih enak ketika jadi pisang goreng. Lebih kriuk, ada rasa asin bercampur manis alami, serta gurih minyak bekas menggoreng beraneka camilan.

Lihat saja, sekarang begitu banyak penjual gorengan. Siapa tak tergoda?

Kadang saya mampir ke penjual gorengan dekat kantor polisi Kademangan, demi mencicipi singkong gorengnya.

Sore hari, ketika singkong baru diangkat dari wajan penggorengan. Masih hangat dan aromanya menusuk hidung. Cocok sebagai pelengkap perbincangan sembari ngeteh atau ngopi.

Gorengan oh gorengan.

Sekalipun kadar minyaknya kadang merisaukan, namun makanan yang digoreng tetap jadi primadona.

Bahkan sayur bunga kol, brokoli, bayam hijau, juga ikut-ikutan digoreng. Apalagi lauk pauk, semua hampir pasti digoreng, mulai dari daging ayam sampai tempe mendoan.

Jika mampir ke warung, selalu ada menu yang digoreng, dan selalu laris.

Terlalu banyak kita memasukkan minyak ke dalam tubuh, tanpa mengimbanginya dengan air putih yang cukup, asupan sayur dan buah segar.

Terlalu kita menikmati gorengan, sampai tak sempat memerhatikan kualitas minyak yang mungkin sudah berulang kali mengalami smoke point.

Juga tak sempat menyadari betapa banyaknya lemak jenuh dan lemak trans buatan yang bisa berkoloni dan akan sangat sulit dilawan oleh sistem imun tubuh kita.

Jika makanan bisa dinikmati tanpa digoreng, kenapa harus digoreng? Misalnya buah pisang.

Jika makanan bisa tetap enak dengan direbus, kenapa harus juga digoreng? Tidak semua makanan harus digoreng.

Namun jangan khawatir, soal hidup dan mati bukan urusan gorengan. Itu urusan Tuhan. Teori kesehatan memang menyebalkan. []

Kedai MuaRa
Ahmad Fahrizal Aziz

Post a Comment

0 Comments