سماجی

6/recent/ticker-posts

Mengupas Apa itu Travel Note


Oleh Fahrizal A.

Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, travel note bisa juga disebut catatan perjalanan. Suatu bentuk tulisan untuk mengabadikan mementum perjalanan dari suatu tempat.

Istilah ini cukup sering kami perbincangkan di FLP Blitar, sehingga ada tag/label khusus catatan perjalanan di website FLP Blitar.

Istilah travel note kemudian makin kencang dibahas ketika ada pelatihan menulis yang diadakan Perpus Bung Karno, dengan narasumber Kirana Kejora. Secara khusus penulis asal Ngawi itu membuat slide terkait apa itu travel note.

Pada poin ke-9 slide tersebut, mbak Key--sapaan akrab Kirana Kejora--menegaskan bahwa travel note diambil dari kisah nyata penulisnya alias based on true story.

Poin inilah yang memecah kebingungan saya sebelumnya, antara cerpen dan travel note. Saya pribadi tetap kekeh menyebutnya esai perjalanan. Meski selama ini esai lebih identik dengan opini yang bersifat ilmiah-populer.

Padahal esai itu sangat luas. Misalnya seorang siswa diminta menuliskan pengalamannya saat karya wisata ke Jogja, tulisan itu secara tak langsung akan menjadi esai dan sekaligus travel note.

Namun tak masalah. Istilah travel note bisa digunakan untuk lebih mempertegas suatu bentuk tulisan, bahwa travel note adalah sebuah tulisan khusus tentang perjalanan.

Lalu bagaimana gaya dan cara penulisannya?

Di samping menugaskan peserta pelatihan untuk membuat travel note, pihak panitia juga memberikan opsi untuk membuat cerpen. Meski panjang tulisan hanya sekitar 1.000 kata. Jelas ini terlalu pendek untuk sebuah cerpen, sebab cerpen rata-rata 3.000 kata.

Ada batas yang sumir antara cerpen dan travel note, sebagaimana yang diungkap Mbak Key, bahwa sebaiknya tulisan bersifat populer, tidak kaku dan terlampau ilmiah.

Menulis travel note itu seperti orang bercerita, bertutur, tidak seperti orang ceramah atau pidato. Bisa pakai "aku" atau "saya", sesuai selera. Asalkan konsisten. Jangan dicampur, kecuali dalam dialog.

Karena dari kisah nyata, maka detailnya harus terasa. Dalam travel note, penulis adalah bagian utuh dari cerita. Ia yang menuliskan, sekaligus yang mengalami perjalanan itu.

Agar tulisan terasa hidup, perkuat juga dengan dialog. Ada tokoh lain yang dilibatkan. Bagian ini mungkin agak sulit, sebab kita tak selalu ingat apa saja yang pernah kita perbincangkan dengan orang lain. Kadang juga kita keliru menangkap ucapan.

Di sinilah tantangannya, kita harus belajar lebih sensitif pada situasi. Sebab penulis dituntut memiliki ingatan kuat, dan itu bisa dibiasakan. Meskipun tidak secara detail menuliskan ucapan orang itu, minimal punya maksud sama.

Kelemahan kita dalam menyimak inilah yang kerap menyebabkan salah paham. Karena itu, kemampuan menyimak dan mendengarkan perlu lebih diasah. Seperti misalnya, mencatat beberapa ucapan dari orang yang kita ajak dialog, yang itu akan kita tuliskan dalam travel note.

Sekilas, travel note ini saya artikan seperti perpaduan esai dan cerpen. Tak terlalu panjang, namun juga tak terasa kaku. Gaya bahasanya cerpen banget. Boleh ada dialog, meski tak selalu terikat alur.

Secara pribadi, saya menyukai tulisan semacam travel note ini. Suatu perjalanan terasa asyik ditulis, memberikan perenungan mendalam, dan bisa kita kenang sewaktu-waktu.

Selamat menulis travel note.

Blitar, 8 Juli 2020

Post a Comment

0 Comments